Sabtu, 12 Oktober 2013

#Day5

Ini hari kelima saya menulis di #OktoberDigeber. Sedangkan seharusnya sudah hari keduabelas.

Kacau. Sangat kacau.

Mengingat saya cukup sibuk akhir-akhir ini, sehingga kegiatan mengosongkan sedikit waktu untuk menulis pun diabaikan. Saya memang lemah dalam hal ini. Apalagi dalam hal konsistensi. Tapi saya terus belajar, setidaknya saya mau belajar menaklukan masalah ini.

Sejujurnya, tidak sepenuhnya saya sibuk. Kesibukan yang saya maksud tidak seperti "super sibuk". Hanya saja, saya kesulitan membagi waktu untuk menulis. Terkadang, saya hanya menulis dan memperbanyak draft saja tanpa sempat untuk menyuntingnya kemudian saya posting di blog. Yaa namanya juga hidup, kadang sibuk, kadang sibuk banget.

Pertanyaan saya, akankah saya bertahan di #OktoberDigeber ini? Mari kita lihat diakhir bulan nanti, seberapa banyak tulisan yang saya muat, itulah usaha saya.

Jumat, 04 Oktober 2013

#Day4

Hai, selamat malam.

KOMIKA FAVORITE GUA : SAMMY @notaslimboy

Secara pribadi, gua menyukai bang Sammy dari segi penampilannya yang menurut gua luar biasa. Dari bentuk tubuh yang wow banget, berkacamata, dan senyuman yang unik. Dengan penampilannya tersebut, gua nyaman aja ngeliatnya. Secara materinya juga gua salut banget. Lucu dan selalu punya maksud baik. Mungkin masih banyak komika yang lebih lucu dan lebih bagus materinya dari bang Sammy, tapi gua ngerasa kayak udah jatuh hati ketika pertama kali liat bang Sammy stand up dengan materinya yang hebat banget itu.

Pertama kali gua tau stand up comedy dan tau bang Sammy itu dari acara televisi yang berjudul Stand Up Comedy Akhir Tahun. Gua sebelumnya gak tahu siapa itu bang Sammy, gua gak sempet nonton dia stand up di acara tersebut. Karena penasaran dengan penampilan luarnya yang unik, akhirnya gua iseng searching di google dan youtube. Dan berkat google serta youtube lah gua jadi tau siapa itu bang Sammy.

Gua salut banget sama mereka yang mau bekerja keras untuk menjadi seorang komika. Karena menurut gua, menjadi komika itu gak mudah. Perlu banyak proses, perlu banyak pengorbanan, perlu banyak pengalaman. Gak ada sesuatu yang instan. Semua harus ada langkah-langkahnya.

Makanya, gua salut banget sama komika-komika senior yang sebelumnya udah menghiasi dunia stand up comedy di Indonesia. Mereka para senior, mulai dari Bang Sammy, Om Mongol, Mas Pandji, Kak Raditya Dika, dll. Gua yakin, untuk bisa menjadi seorang komika professional seperti mereka, atau ingin melebihi komika senior seperti mereka, pasti untuk para pelaku baru stand up comedy di tanah air perlu banyak sekali proses yang harus dijalani. Dan semua proses yang harus dijalani itu udah pasti gak enak dan harus diterima sebagai pembelajaran diri supaya bisa menjadi komika yang professional.

Nah, gua juga berminat jadi komika. Gua berminat buat jadi komika bukan untuk sekedar keren-kerenan atau pengen ikut-ikutan aja. Gua ngerasa ini kayak panggilan hati buat gua. (ceilah). Nah, buat para komika baru di Indonesia (termasuk gua juga), mari kita sama-sama belajar dan turut memajukan jenis komedi ini di Indonesia. Jangan pernah menyerah untuk belajar, jangan pernah ngeluh kalo dapet hal yang gak enak ketika sedang openmic, dan jangan pernah berhenti untuk dukung komunitas daerah yang sudah membesarkan kalian jika sudah sukses nanti.

Viva la komtung!!!

#Day3

Hai, selamat malam. 

Dunia ini penuh dengan tanda tanya. Saya yakin sekali kita semua memiliki banyak sekali pertanyaan. Entah mengapa kita begitu ingin sekali mengetahui jawabannya, bahkan terkadang untuk pertanyaan yang tidak masuk akal serta tidak bisa dijawab sekalipun.

So, saya punya banyak sekali pertanyaan yang ingin saya cari tau jawabannya. Mungkin saja seharusnya saya tidak perlu mencari tahu lebih jauh jawabannya dengan alasan yang tidak perlu disebutkan. Karena terkadang, tidak semua pertanyaan bisa dijawab dan tidak semua jawaban bisa membuat kita puas diri. 

Saya selalu berpikir, setiap pertanyaan sudah ditakdirkan jawabannya. Tapi setelah beberapa tahun hidup dan beberapa tahun sekolah, ternyata gak semua pertanyaan memiliki jawaban. Bahkan sampai sekarang, saya dan mungkin beberapa diantara kalian tidak pernah tahu dan tidak perlu tahu jawabannya.

Ada satu pertanyaan dari saya: 

Mengapa semua tulisan dokter itu gak kebaca? Kenapa selama kuliah kedokteran gak nyempetin waktu buat fokus dimata pelajaran menulis rapi dibuku tulis bersambung? Kenapa?
Terima kasih. *melipir cantik cari makan malam*

Rabu, 02 Oktober 2013

#Day2

Percakapan Segitiga. Random yang membosankan.


Otak: "Hat, apa kabar? Baik? Kacau?"

Hati: "Berisik lo, tak. Diem aja lo. Lo gatau apa-apa tentang yang gua rasain."

Otak: "Yee, belagu bener lo, hat. Kalo gak ada gua juga lo gak bisa ngapa-ngapain.."

Hati: "Yee, lo kalo ngomong suka kaga ngotak emang.."

Tubuh: "Berisik bener lo pade, lo numpang tinggal di gua aja pade belagu lo.."


Otak & Hati: *mati*



#Day1


Judul kali ini adalah: CITA-CITA

Hai, selamat malam.

Kamu punya cita-cita? Btw, pertanyaan saya tadi seperti agen MLM yang sedang mencari downline, bertanya dengan penuh semangat, dengan harapan orang yang diberi pertanyaan "Anda punya mimpi?" bisa jadi bagian pemasukannya.

Saya punya cita-cita. Cukup banyak. Masih banyak yang belum tercapai.

Sewaktu saya kecil, saya bercita-cita ingin menjadi dokter. Alasannya? Simpel, seingat saya waktu itu memilih dokter sebagai cita-cita hidup saya adalah karena dokter banyak duitnya. Lalu uangnya bisa saya gunakan membeli mainan dan makanan yang saya suka.

Awalnya tidak ada masalah dengan cita-cita tersebut, kedua orangtua saya senang dan setuju mendengarnya. "Makanya kamu sekolah yang benar yaa, bang. Biar bisa kau dapat cita-citamu itu.." ujar papa saya. Mama saya tersenyum, lalu sedikit memberi saran: "Kalo bisa kamu jadi dokter anak aja, bang. Duitnya lebih banyak, loh!". Bila saya mengingat ini, mungkin baru sekarang saya terpikir ada darah cina dalam diri mama saya. Yang kepikiran malah duitnya ( -__-)

Seingat saya, alasan mama memberi saran untuk menjadi dokter anak, ialah:

  1. Anak kecil itu tubuhnya rentan kena penyakit.
  2. Anak kecil itu lebih banyak jumlahnya dibanding orang dewasa.
  3. Semakin banyak anak yang sakit, semakin banyak anak yang berobat ke dokter anak.
Oke. Terdengar masuk akal. Pada saat saya kecil dan diberitahukan alasan tersebut, saya hanya bisa mengangguk-angguk manja sambil sesekali menghisap ingus saya yang lagi mengalir lucu-lucunya.

Tapi, coba dibandingkan dengan yang sekarang. 

Seiring waktu berjalan, sepertinya cita-cita menjadi dokter itu hanyalah ucapan manis semata. Biaya pendidikan semakin tinggi. Kapasitas otak saya kurang mampu menggapai gelar "dokter". Lalu, jiwa saya yang meminta kebebasan. So, singkat cerita akhirnya cita-cita menjadi dokter itu pupus. 
(((cita-citaaaa... berakhiiirrr... di.. januuarriiii))) #okeitulebay

Ketika saya remaja, cita-cita saya berubah. Cita-cita saya berubah karena satu hal, yaitu: musik.

Saya ingin sekali menjadi seorang rapper atau penyanyi genre Hip-Hop. Cita-cita ini saya pilih karena: 
  • Dulu sering nonton MTV, lalu suka sama video clip musik Hip-Hop.
  • Seorang rapper, pasti banyak dikelilingi wanita seksi dan cantik.
  • Pasti punya mobil keren.
  • Fashion stylenya keren banget. 
  • Musiknya murni enak didengar.
Semua alasan itu karena saya kebanyakan nonton video clipnya. Sampai suatu hari saya sadar, semua kemewahan yang ada di video clip tersebut hanyalah properti. Barangkali saja properti tersebut boleh mengutang pada sebuah agen properti khusus. Siapa yang tau?

Lalu selera musik saya berubah lagi, kini menjadi musik Reggae. Buat yang gak tau seperti apa musik Reggae itu, anda pasti pernah mendengar lagu-lagu dari Bob Marley. Ya, Bob Marley identik dengan musik Reggae. Musik Reggae identik dengan Bob Marley. 

Saya menyukai musik Reggae karena enak didengar. Dan juga setelah saya membaca beberapa artikel yang terkait dengan musik Reggae dan pergerakan Bob Marley, saya mendapatkan sebuah pemahaman yang sejalan dengan ideologi saya. Reggae berbicara tentang "kebebasan, kebebasan yang bertanggung jawab, kebebasan yang memihak kaum tertindas".

Hampir mirip dengan ideologi saya, intinya yaitu tentang kebebasan. 

Cita-cita saya, ingin punya grup band yang membawakan musik Reggae. Pada kala itu, punya band sendiri adalah sebuah kebanggaan. Namun, lagi-lagi cita-cita tersebut tidak kesampaian. Huft.

Kini, teman-teman saya makin banyak. Selera musik saya beragam. Selain saya yang juga sering mencari musik yang kira-kira enak didengar, teman-teman saya juga punya banyak rekomendasi lagu-lagu keren. Sekarang selera musik saya lebih ke arah musik Jazz, R n B, dan semacamnya. Namun belum bisa benar-benar move on dari Hip-Hop dan Reggae. 

Lalu saya bercita-cita ingin bisa fasih bermain piano atau gitar. Yaa namanya juga masih labil, banyak banget godaannya. Pengen ini itu. Semua pengen dicobain. Jadinya? Yaa tau sendiri. Sampai sekarang saya belum fasih bermain gitar maupun piano, hanya mengenali nada-nada dasarnya saja.

Lalu sekarang bagaimana? Cita-cita saya simpel dan cukup klise dan sangat pasaran. 

Ingin menjadi orang yang sukses serta bisa membahagiakan orang sekitar.

Sangat klise, ya? Tidak apa-apa. Dibandingkan yang tidak punya cita-cita.