Rabu, 02 Oktober 2013

#Day1


Judul kali ini adalah: CITA-CITA

Hai, selamat malam.

Kamu punya cita-cita? Btw, pertanyaan saya tadi seperti agen MLM yang sedang mencari downline, bertanya dengan penuh semangat, dengan harapan orang yang diberi pertanyaan "Anda punya mimpi?" bisa jadi bagian pemasukannya.

Saya punya cita-cita. Cukup banyak. Masih banyak yang belum tercapai.

Sewaktu saya kecil, saya bercita-cita ingin menjadi dokter. Alasannya? Simpel, seingat saya waktu itu memilih dokter sebagai cita-cita hidup saya adalah karena dokter banyak duitnya. Lalu uangnya bisa saya gunakan membeli mainan dan makanan yang saya suka.

Awalnya tidak ada masalah dengan cita-cita tersebut, kedua orangtua saya senang dan setuju mendengarnya. "Makanya kamu sekolah yang benar yaa, bang. Biar bisa kau dapat cita-citamu itu.." ujar papa saya. Mama saya tersenyum, lalu sedikit memberi saran: "Kalo bisa kamu jadi dokter anak aja, bang. Duitnya lebih banyak, loh!". Bila saya mengingat ini, mungkin baru sekarang saya terpikir ada darah cina dalam diri mama saya. Yang kepikiran malah duitnya ( -__-)

Seingat saya, alasan mama memberi saran untuk menjadi dokter anak, ialah:

  1. Anak kecil itu tubuhnya rentan kena penyakit.
  2. Anak kecil itu lebih banyak jumlahnya dibanding orang dewasa.
  3. Semakin banyak anak yang sakit, semakin banyak anak yang berobat ke dokter anak.
Oke. Terdengar masuk akal. Pada saat saya kecil dan diberitahukan alasan tersebut, saya hanya bisa mengangguk-angguk manja sambil sesekali menghisap ingus saya yang lagi mengalir lucu-lucunya.

Tapi, coba dibandingkan dengan yang sekarang. 

Seiring waktu berjalan, sepertinya cita-cita menjadi dokter itu hanyalah ucapan manis semata. Biaya pendidikan semakin tinggi. Kapasitas otak saya kurang mampu menggapai gelar "dokter". Lalu, jiwa saya yang meminta kebebasan. So, singkat cerita akhirnya cita-cita menjadi dokter itu pupus. 
(((cita-citaaaa... berakhiiirrr... di.. januuarriiii))) #okeitulebay

Ketika saya remaja, cita-cita saya berubah. Cita-cita saya berubah karena satu hal, yaitu: musik.

Saya ingin sekali menjadi seorang rapper atau penyanyi genre Hip-Hop. Cita-cita ini saya pilih karena: 
  • Dulu sering nonton MTV, lalu suka sama video clip musik Hip-Hop.
  • Seorang rapper, pasti banyak dikelilingi wanita seksi dan cantik.
  • Pasti punya mobil keren.
  • Fashion stylenya keren banget. 
  • Musiknya murni enak didengar.
Semua alasan itu karena saya kebanyakan nonton video clipnya. Sampai suatu hari saya sadar, semua kemewahan yang ada di video clip tersebut hanyalah properti. Barangkali saja properti tersebut boleh mengutang pada sebuah agen properti khusus. Siapa yang tau?

Lalu selera musik saya berubah lagi, kini menjadi musik Reggae. Buat yang gak tau seperti apa musik Reggae itu, anda pasti pernah mendengar lagu-lagu dari Bob Marley. Ya, Bob Marley identik dengan musik Reggae. Musik Reggae identik dengan Bob Marley. 

Saya menyukai musik Reggae karena enak didengar. Dan juga setelah saya membaca beberapa artikel yang terkait dengan musik Reggae dan pergerakan Bob Marley, saya mendapatkan sebuah pemahaman yang sejalan dengan ideologi saya. Reggae berbicara tentang "kebebasan, kebebasan yang bertanggung jawab, kebebasan yang memihak kaum tertindas".

Hampir mirip dengan ideologi saya, intinya yaitu tentang kebebasan. 

Cita-cita saya, ingin punya grup band yang membawakan musik Reggae. Pada kala itu, punya band sendiri adalah sebuah kebanggaan. Namun, lagi-lagi cita-cita tersebut tidak kesampaian. Huft.

Kini, teman-teman saya makin banyak. Selera musik saya beragam. Selain saya yang juga sering mencari musik yang kira-kira enak didengar, teman-teman saya juga punya banyak rekomendasi lagu-lagu keren. Sekarang selera musik saya lebih ke arah musik Jazz, R n B, dan semacamnya. Namun belum bisa benar-benar move on dari Hip-Hop dan Reggae. 

Lalu saya bercita-cita ingin bisa fasih bermain piano atau gitar. Yaa namanya juga masih labil, banyak banget godaannya. Pengen ini itu. Semua pengen dicobain. Jadinya? Yaa tau sendiri. Sampai sekarang saya belum fasih bermain gitar maupun piano, hanya mengenali nada-nada dasarnya saja.

Lalu sekarang bagaimana? Cita-cita saya simpel dan cukup klise dan sangat pasaran. 

Ingin menjadi orang yang sukses serta bisa membahagiakan orang sekitar.

Sangat klise, ya? Tidak apa-apa. Dibandingkan yang tidak punya cita-cita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar